Sabtu, 04 Juli 2020

Konsep Pengelolaan Agribisnis Kakao

Konsep Pengelolaan Agribisnis Kakao

Posted by Agrikompleks

Konsep Pengelolaan Agribisnis Kakao - Secara harfiah pengelolaan agribisnis kakao diartikan sebagai proses melakukan kegiatan agribisnis dengan menggerakkan sumberdaya yang dimiliki dalam usahatani kakao, sedangkan agribisnis didefinisikan sebagai “the sum total of all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production operations on the farm, processing and distribution of farm commodities and item made from them” (David dan Goldberg, 1957, dalam Saragih, 2001:1-2).

Pengelolaan agribisnis kakao

Agribisnis merupakan aktivitas menyeluruh dalam suatu usaha pertanian yg dimulai berdasarkan pengadaan agroinput, proses produksi usahatani, prosesing & pengolahan hasil usahatani, serta distribusi & pemasaran produk yang dihasilkan pada usahatani. Membangun agribisnis berarti mengintegrasikan pembangunan pertanian, industri dan jasa.

Pengelolaan agribisnis kakao adalah suatu bentuk dari keterkaitan aktivitas proses produksi usahatani (on-farm) dan prosesing, pengolahan dan distribusi dan pemasaran hasil usahatani (off-farm) komoditi kakao dengan menyebarkan 4 (empat) subsistem agribisnis secara simultan dan serasi.

Keempat subsistem agribisnis yang dimaksud adalah subsistem agribisnis hulu seperti pembibitan tanaman kakao dan usaha penyediaan wahana produksi usahatani; subsistem usaha budidaya kakao; subsistem agribisnis hilir yakni industri pengolahan komoditas kakao dan perdagangannya; & subsistem jasa penunjang agribisnis seperti penelitian & pengembangan, penelitian dan training, perkreditan, transportasi, kebijakan ekonomi, dan lainnya (Saragih, 2001:8).

Menurut Pambudy dkk (1999:4-10), bahwa keunggulan bersaing sektor Agribisnis dicapai apabila hanya subsektor saja yang berkembang sementara subsektor lainnya nir berkembang. Agribisnis merupakan konsep baru pada cara melihat sektor pertanian, karena menempatkan agroindustri ke pada agribisnis yang diabaikan pada konsep tradisional.

Konsep pertanian tradisional hanya menekankan dalam perilaku sistem produksi dan usahatani, sebagai akibatnya berimplikasi kerugian bagi pembangunan pertanian secara keseluruhan (terutama pedesaan). Kerugian tersebut, terlihat bahwa pertanian & pedesaan hanya sebagai asal produksi utama yg berasal berdasarkan tumbuhan & fauna, tanpa menyadari potensi bisnis yg sangat akbar yg berbasis pada produk-produk primer tadi.

Tuntutan pembangunan yg telah dan sedang berjalan, hendaknya dilaksanakan melalui 3 evolusi pendekatan yaitu pendekatan teknis, pendekatan terpadu, & pendekatan agribisnis.

Dalam usahatani terkini, pengembangan sistem dan bisnis agribisnis sebagai sangat penting dan strategis. Pembangunan sistem agribisnis adalah suatu upaya membentuk daya saing agribisnis melalui transformasi keunggulan komparatif sebagai keunggulan bersaing dalam produk kakao pada lahan kering.

Keputusan yang diambil sang setiap petani selaku pengelola diantaranya meliputi; menentukan pilihan dari berbagai tumbuhan yg mungkin ditanam dalam sebidang tanah, menentukan komoditas yg usahakan diusahakan, & menentukan cara membagi saat kerja diantara banyak sekali pekerjaan, terutama pada ketika-waktu banyak sekali pekerjaan itu dilakukan secara serentak (Mosher, 1981:35).

Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan (2004:27) menegaskan bahwa pengelolaan komoditas unggulan perkebunan sebagai pendekatan pembangunan bisa dipandang berdasarkan beberapa sudut pandang yaitu : (a) dimensi ruang menjadi suatu tempat atau wilayah yg terukur menurut segi fisik, ekonomi, dan sosial yang adalah loka berlangsungnya sistem & bisnis agribisnis berbasis perkebunan yg didukung oleh komponen-komponen fisik berupa areal budidaya perkebunan & potensi buat pengembangannya, masyarakat setempat dan pelaku bisnis perkebunan yg sebagian akbar atau seluruhnya memperoleh pendapatan primer dari bisnis perkebunan, wahana & prasarana pendukung, dan adanya interaksi aktivitas antara komponen; (b) dimensi waktu menjadi suatu proses aktivitas sub-sub sistem yang saling bersinergi dari suatu sistem & bisnis agribisnis di suatu wilayah yang dilaksanakan sang warga setempat dan pelaku usaha perkebunan buat mencapai syarat yang diharapkan melalui tahapan pengembangan yang direncanakan dalam jangka pendek, jangka menengah & jangka panjang; (c) dimensi manajemen sebagai suatu tatanan penyelenggaraan sistem dan usaha agribisnis berbasis perkebunan yg dilakukan sang warga setempat & pelaku bisnis perkebunan dalam tempat tertentu dengan menerapkan prinsip manajemen & kebersamaan ekonomi buat mencapai peningkatan kesejahteraan masyarakat yg selaras, berkeadilan & berkesinambungan.

Tujuan pengelolaan agribisnis kakao pada lahan kemarau merupakan membentuk warga perkebunan yg berbudaya industri dengan landasan efisiensi, produktif dan berkelanjutan. Kakao sebagai komoditi unggulan yg akan dikembangkan memenuhi parameter antara lain: mampu dikelola (manageable), orientasi pasar (market oriented), ketersediaan wahana & prasarana (infrastructure capacity), keterkaitan rakyat (community relationship), keterpaduan sistem dan bisnis agribisnis (on-farm and off-farm).

Pengelolaan sektor agribisnis kakao yg primer merupakan kemampuan menyeluruh yg dimiliki petani dalam melakukan sistem dan usaha agribisnis kakao pada usahatani huma kering, yang meliputi; kemampuan menyiapkan sarana produksi usahatani, kemampuan melakukan proses produksi usahatani, kemampuan melakukan pengolahan biji kakao yang bermutu, kemampuan menentukan jalur pemasaran yg efektif, dan kemampuan merogoh keputusan dengan rasa percaya diri yg tinggi, sehingga petani kakao bisa mengintegrasikan kegiatan agribisnis secara utuh menjadi wujud perilaku agribisnis.

Sumber :

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2004. Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIM-BUN). Direktorat Bina Produksi Perkebunan Ditjenbun. Deptan RI. Jakarta.

Mosher AT. 1981. Getting Agriculture Moving. Alih Bahasa ; Krisnandhi & Bahrin Samad. Yasaguna. Jakarta.

Pambudy R, T.Sipayung, W.B. Priatna, Burhanuddin, A.Kriswantriyono, dan A.Satria. 1999. Bisnis & Kewirausahaan pada Sistem Agribisnis. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor.

Rayuddin. 2010. Pengembangan Kompetensi Agribisnis Petani Kakao Di Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.Bogor

Saragih B. 2001. Suara Dari Bogor; Membangun Sistem Agribisnis. Sucofindo. Bogor.

Kuliner Khas Kutai Timur

Sambal raja terbuat dari cabai, bawang merah, terasi, tomat yang digoreng hingga lembek dan mudah dihaluskan. Disertai dengan tempe, udang, ...