Psikologi merupakan sebuah disiplin ilmu dan terapan yang menyelidiki mental & konduite secara ilmiah. Psikologi mempunyai tujuan langsung buat memahami individu & kelompok menggunakan memperhatikan prinsip langsung & meneliti perkara spesifik. Seseorang yang pakar pada bidang psikologi atau sebagai peneliti psikologi disebut psikolog & bisa diklasifikasikan sebagai ilmuwan sosial, perilaku, atau kognitif. Psikolog berusaha untuk tahu perubahan fungsi mental dalam individu & perilaku sosial.
Menurut etimologi, psikologi berasal dari bahasa Yunani psyche (psukhē ) yang maknanya “berdarah panas” yang berarti: Hidup, jiwa, hantu. Dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Kata 'psikologi’ (bahasa Latin: Psychologia) pertama kali digunakan oleh ahli humaniora dari Kroasia dan literatur Kroasia berbahasa Latin dalam bukunya. Psichiologia de ratione animae humane muncul sekitar abad ke-15 sampai ke-16 masehi. Referensi yang pertama kali menggunakan kata psychology dalam bahasa Inggris adalah terdapat dalam buku The Physical Dictionary yang ditulis oleh Steven Blankaart yang merujuk kepada “Anatomi, yang membentuk Tubuh, dan Psikologi, yang membentuk Jiwa.”
Pengertian psikologi masih berkembang hingga kini . Berikut merupakan beberapa pengertian psikologi menurut para ahli:
Gardner Murphy. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.
Clifford T. Morgan. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
Dakir (1993). Psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Muhibbin Syah (2001). Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.
Psikologi nir menyelidiki jiwa/mental itu secara langsung lantaran sifatnya yg tak berbentuk, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi & ekspresi menurut jiwa/mental tadi yakni berupa tingkah laris & proses atau kegiatannya, sebagai akibatnya Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang menilik tingkah laris & proses mental.
Perdebatan tentang pengertian dan definisi psikologi ini berlanjut terus sampai sekarang. Saat ini sudah demikian poly definisi psikologi sebagai akibatnya sulit dikatakan bahwa ada satu definisi yg berlaku generik. Sebagian pakar ingin definisi yg lebih nyata daripada jiwa, atau mental, sebagai akibatnya mereka mendefinisikan psikologi sebagai ?Kegiatan mental? (John Dewey, Carr). Tetapi terdapat yg beranggapan bahwa ?Kegiatan mental? Pun masih terlalu luas. Maka muncullah definisi psikologi menjadi ?Elemen introspeksi/mawas diri? (Titchener, Daellenbach), ?Ketika reaksi? (Scripture), ?Refleksi? (Pavlov), atau ?Konduite? (Watson). Definisi-definisi psikologi berkembang buat menuju psikologi yang objektif & terukur, sebagai suatu persyaratan yang krusial buat sebuah ilmu pengetahuan (pasca renaisans).
Pada umumnya, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menilik perilaku insan pada hubungan dengan lingkungannya.
Psikologi merupakan ilmu yang tergolong muda (kurang lebih akhir 1800an). Sebagai bagian berdasarkan ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah bepergian panjang. Konsep psikologi dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno, sebelum Wundt mendeklarasikan laboratoriumnya pada tahun 1879, yg dicermati sebagai kelahiran psikologi menjadi ilmu. Psikologi sendiri sudah dikenal semenjak jaman Aristoteles menjadi ilmu jiwa, yaitu ilmu buat kekuatan hayati (levens beginsel). Aristoteles memandang ilmu jiwa menjadi ilmu yang menyelidiki tanda-tanda - tanda-tanda kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu tiap - tiap makhluk hayati memiliki jiwa. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya pada benua Amerika.
St. Augustine (354-430) dianggap tokoh besar dalam psikologi terbaru lantaran perhatiannya pada intropeksi & keingintahuannya mengenai fenomena psikologi. Descartes (1596-1650) mengajukan teori bahwa hewan merupakan mesin yang dapat dipelajari sebagaimana mesin lainnya. Ia pula memperkenalkan konsep kerja refleks. Banyak ahli filsafat populer lain dalam abad tujuh belas & delapan belas?Leibnits, Hobbes, Locke, Kant, dan Hume?Menaruh sumbangan dalam bidang psikologi. Pada ketika itu psikologi masih berbentuk wacana belum menjadi ilmu pengetahuan.
Sebelum 1879, psikologi dipercaya menjadi bagian berdasarkan filsafat atau ilmu faal. Pada mulanya pakar-pakar filsafat dari zaman Yunani Kuno-lah yg mulai memikirkan gejala-gejala kejiwaan. Saat itu belum terdapat pembuktian-verifikasi secara realitas atau ilmiah. Mereka mencoba menunjukkan gejala-tanda-tanda kejiwaan melalui mitologi. Cara pendekatan misalnya itu dianggap menjadi cara pendekatan yang naturalistik.
Di antara sarjana Yunani yg memakai pendekatan naturalistik adalah Thales (624-548 SM) yang sering disebut menjadi Bapak Filsafat. Ia meyakini bahwa jiwa dan hal-hal supernatural lainnya nir terdapat lantaran sesuatu yang ada wajib dapat diterangkan menggunakan gejala alam (natural phenomenon). Ia pun percaya bahwa segala sesuatu berasal berdasarkan air & lantaran jiwa nir mungkin berdasarkan air maka jiwa dianggapnya nir terdapat. Tokoh lainnya adalah Anaximander (611-546 SM) yg menyampaikan bahwa segala sesuatu berasal menurut sesuatu yang tidak tentu, sementara Anaximenes (abad 6 SM) berkata bahwa segala sesuatu asal berdasarkan udara. Tokoh yang tak kalah pentingnya merupakan Empedocles, Hippocrates, & Democritos.
Empedocles (490-430 SM) mengatakan bahwa ada empat elemen besar dalam alam semesta, yaitu bumi/tanah, udara, barah, dan air. Manusia terdiri dari tulang, otot, dan usus yg merupakan unsur berdasarkan tanah; cairan tubuh adalah unsur menurut air; fungsi rasio & mental adalah unsur dari api; sedangkan pendukung menurut elemen-elemen atau fungsi hidup adalah udara. Berdasarkan pada pandangan Empedochles, Hipocrates (460-375 SM) yg dikenal menjadi Bapak Ilmu Kedokteran, menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat empat cairan tubuh yg memiliki kesesuaian sifat menggunakan keempat elemen dasar tersebut.
Berdasarkan komposisi cairan yang terdapat dalam tubuh manusia tersebut maka Hipocrates membagi manusia dalam empat golongan, yaitu:
Sanguine, orang yg mempunyai kelebihan (terlalu poly ekses) darah dalam tubuhnya mempunyai temperamen penggembira.
Melancholic, terlalu poly sumsum hitam, bertemperamen pemurung.
Choleric, terlalu poly sumsum kuning, bertemperamen semangat & gesit.
Plegmatic, terlalu poly lendir & flegmatis.
Democritus (460-370 SM) berpendapat bahwa seluruh realitas yg terdapat di global ini terdiri menurut partikel-partikel yang tidak dapat dibagi lagi yg sang Einstein lalu diberi nama ?Atom?. Beratus-ratus tahun selesainya Democritus prinsip tersebut masih diikuti oleh beberapa sarjana, antara lain I.P. Pavlov & J.B. Watson yg sama-sama beropini bahwa ?Atom? Menurut jiwa merupakan refleks-refleks.
Tokoh-tokoh Yunani kuno tadi pada atas pada dasarnya menganggap bahwa jiwa adalah satu menggunakan badan. Jiwa dan badan berasal berdasarkan unsur-unsur yg sama dan tunduk pada aturan-hukum yang sama (pandangan monoisme). Selain pandangan monoisme, tumbuh pula pandangan dualisme, yaitu pandangan yang memisahkan jiwa menurut badan, jiwa tidak sama menggunakan badan, & masing-masing tunduk dalam peraturan-peraturan atau aturan-hukum yang terpisah. Tokoh-tokoh terkenal yg menganut pandangan dualisme antara lain: Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), & Aristoteles (384-322 SM).
Socrates berpandangan bahwa dalam setiap manusia terpendam jawaban mengenai aneka macam persoalan dalam global konkret. Masalahnya adalah kebanyakan manusia nir menyadarinya. Oleh karena itu, perlu terdapat orang lain?Semacam bidan?Yang membantu melahirkan oleh ?Ide? Berdasarkan pada kalbu manusia. Socrates berbagi metode tanya jawab buat menggali jawaban-jawaban terpendam mengenai berbagai problem. Dengan metode tanya jawab yg disebut ?Socratic Method? Itu akan ada pengertian yang diklaim ?Maieutics? (menarik keluar seperti yg dilakukan sang bidan). Maieutics ini lalu ditumbangkan oleh R. Rogers tahun 1943 sebagai teknik dalam psikoterapi yg diklaim ?Non Directive Techniques?, suatu teknik yang digunakan oleh psikolog atau psikoterapis buat menggali masalah-masalah pada diri pasien sehingga beliau menyadari sendiri dilema-persoalannya tanpa terlalu diarahkan sang psikolog atau psikoterapisnya. Socrates menekankan pentingnya pengertian mengenai ?Diri sendiri? Bagi setiap manusia sehingga menurutnya merupakan kewajiban setiap orang untuk mengetahui dirinya sendiri terlebih dahulu kalau beliau ingin mengerti mengenai hal-hal pada luar dirinya. Semboyannya yg populer merupakan ?Belajar yg sesungguhnya dalam insan merupakan belajar mengenai manusia.
Sementara Plato, murid dan pengikut setia Socrates & dianggap sebagai penganut dualisme yg sebenar-benarnya, mengungkapkan bahwa dunia kejiwaan berisi ide-inspirasi yang berdiri sendiri terlepas berdasarkan pengalaman hidup sehari-hari. Pada orang dewasa & intelektual, mereka dapat membedakan mana jiwa dan mana badan. Akan tetapi, pada anak-anak jiwa masih bercampur dengan badan, belum bisa memisahkan Ide menurut benda-benda kongkrit. Jiwa yg berisi Ide-Ide ini diberi nama ?Psyche?. Selain itu, Plato pula meyakini bahwa tiap-tiap orang sudah ditetapkan status & kedudukannya di warga sejak lahir apakah dia seseorang filsuf, prajurit, atau pekerja.[2] Ia percaya bahwa tiap orang dilahirkan dengan kekhususan tersendiri, nir sama antara satu sama lainnya. Dengan demikian, selain dianggap menjadi penganut paham Determinisme atau Nativisme, beliau pun dianggap menjadi tokoh pemula dari paham ?Individual differences.? Dalam perkembangan psikologi selanjutnya, paham individual differences ini membawa para sarjana ke arah inovasi alat-alat inspeksi psikologi (psikotes).
Kalau Plato dipercaya sebagai seorang rasionalis yg percaya bahwa segala sesuatu dari berdasarkan pandangan baru-pandangan baru yg didapatkan rasio maka Aristoteles (385-322 SM), murid Plato, berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang berbentuk kejiwaan (form) wajib menempati sesuatu wujud tertentu (matter). Wujud ini pada hakikatnya adalah pernyataan atau ekspresi dari jiwa. Tuhanlah satu-satunya yang tanpa wujud, hanya form saja. Aristoteles seringkali diklaim sebagai Bapak Psikologi Empiris lantaran menurutnya segala sesuatu wajib bertitik tolak menurut realita, yaitu matter. Matter-lah asal primer pengatahuan. Pandangan dan teori-teori Aristoteles mengenai Psikologi bisa dipandang pada bukunya yg terkenal De Anima, yang sesungguhnya adalah buku tentang ilmu fauna komparatif & hayati.
Dalam kitab itu ia berkata bahwa setiap benda di global ini memiliki dorongan buat tumbuh & sebagai sesuatu sesuai dengan tujuan yang telah terkandung dalam benda itu sendiri. Aristoteles selanjutnya membedakan antara hule & morphe. Hule (Noes Photeticos) adalah ?Yang terbentuk?. Sedangkan Morphe (Noes Poeticos) merupakan ?Yang membangun?. Benda dalam alam tidak tumbuh dan berkembang begitu saja, tetapi sebagai atau diperkembangkan menjadi sesuatu. Sebelum benda itu terwujud benda itu berupa kemungkinan. Selanjutnya Aristoteles membedakan 3 macam form, yaitu: Plant, yang mengontrol fungsi-fungsi vegetatif; Animal, bisa dilihat pada fungsi-fungsi misalnya: mengingat, mengharap, & persepsi; Rasional, yg memungkinkan insan malakukan penalaran (reasoning) dan menciptakan konsp-konsep. Khusus dalam manusia, dorongan untuk tumbuh ini berbentuk dorongan untuk merealisasikan diri (self realization) yg disebut entelechi. Menurut Aristoteles fungsi jiwa dibagi dua, yaitu kemampuan buat mengenal & kemampuan berkehendak. Pandangan ini dikenal sebagai ?Dichotomi?.
Berabad-abad selesainya zaman Yunani Kuno, Psikologi masih adalah bagian dari Filsafat. Pada masa Renaissance, pada Francis ada Rene Decartes (1596-1650) yang populer menggunakan teori mengenai ?Pencerahan?, ad interim pada Inggris ada tokoh-tokoh seperti John Locke (1623-1704), George Berkeley (1685-1753), James Mill (1773-1836), dan anaknya John Stuart Mill (1806-1873), yang semuanya itu dikenal menjadi tokoh-tokoh genre Asosianisme.
Dalam perkembangan Psikologi selanjutnya, kiprah sejumlah sarjana ilmu Faal yg jua menaruh minat terhadap gejala-gejala kejiwaan nir bisa diabaikan. Tokohnya diantaranya: C. Bell (1774-1842), F. Magendie (1785-1855), J.P. Muller (1801-1858), P. Broca (1824-1880), dan sebagainya. Nama seseorang sarjana Rusia, I.P. Pavlov (1849-1936), sepertinya perlu dicatat secara khusus lantaran dari teori-teorinya mengenai refleks lalu berkembang genre Behaviorisme, yaitu aliran pada psikologi yang hanya mau mengakui tingkah laku yg konkret menjadi objek studinya & menolak asumsi sarjana lain yg menyelidiki pula tingkah laris yg tidak tampak menurut luar. Selain itu, peranan seseorang dokter berdarah adonan Inggris-Skotlandia bernama William McDaugall (1871-1938) perlu juga dikemukakan. Ia pula telah memberi inspirasi pada genre Behaviorisme di Amerika dengan teori-teorinya yang dikenal menggunakan nama ?Purposive Psychology?.
Sementara para sarjana Filasafat juga ilmu Faal berusaha buat memperlihatkan tanda-tanda-tanda-tanda kejiwaan secara ilmiah murni, timbul juga orang-orang yg secara spekulatif mencoba buat menampakan tanda-tanda-gejala kejiwaan menurut segi lain. Diantara mereka adalah F.J. Gall (1785-1828) yg mengemukakan bahwa jiwa insan dapat diketahui dengan cara meraba tengkorak kepala orang tersebut. Teori Gall dikembangkan dari pandangan Psikologi Fakultas (Faculty Psychology) yg dikemukakan seorang tokoh gereja bernama St. Agustine (354-430). Menurut Agustine, menggunakan mengeksplorasi kesadaran melalui metode ?Introspeksi diri?, pada jiwa masih ada bagian-bagian atau fakultas (faculties). Fakultas tadi antara lain: ingatan, imajinasi, alat, kemauan, dan sebagainya. Menurut Gall, lantaran setiap fakultas kejiwaan dicerminkan dalam keliru satu bagian eksklusif di tengkorak kepala maka dengan mengetahui bagian-bagian tengkorak mana yg menonjol kita akan mengetahui fakultas-fakultas kejiwaan mana yg menonjol dalam orang tertentu sebagai akibatnya kita bisa mengetahui pula keadaan jiwanya. Teori berdasarkan Gall tersebut dikenal menggunakan Phrenologi. Teori yang seolah-olah ilmiah ini dalam dasarnya hanya bersifat ilmiah semu (pseudo science). Metote lainnya yg jua bersifat ilmiah semu diantaranya: Phiognomi (Ilmu Wajah/Raut Muka), Palmistri (Ilmu Rajah Tangan), Astrologi (Ilmu Perbintangan), Numerologi (Ilmu Angka-angka), dan sebagainya.
Pada akhir abad ke-19 terjadilah babak baru dalam sejarah Psikologi. Pada tahun 1879, Wilhem Wundt (Jerman, 1832-1920) mendirikan laboratorium Psikologi pertama di Leipzig yg menandai titik awal Psikologi sebagai suatu ilmu yg berdiri sendiri. Sebagai tokoh Psikologi Eksperimental, Wundt memperkenalkan metode Introspeksi yg digunakan dalam eksperimen-eksperimennya. Ia dikenal sebagai tokoh penganut Strukturalisme lantaran ia mengemukakan suatu teori yang menguraikan struktur menurut jiwa. Wundt percaya bahwa jiwa terdiri menurut elemen-elemen (Elementisme) dan ada mekanisme terpenting dalam jiwa yang menghubungkan elemen-elemen kejiwaan satu sama lainnya sebagai akibatnya membangun suatu struktur kejiwaan yang utuh yg diklaim asosiasi. Oleh karena itu, Wundt juga dipercaya menjadi tokoh Asosianisme.
Edward Bradford Titchener (1867-1927) mencoba menyebarluaskan ajaran-ajaran Wundt ke Amerika. Akan tetapi, orang Amerika yang populer mudah dan pragmatis kurang senang dalam teori Wundt yg dipercaya terlalu tak berbentuk dan kurang bisa diterapkan secara eksklusif pada kenyataan. Mereka kemudian menciptakan genre sendiri yang diklaim Fungsionalisme dengan tokoh-tokohnya diantaranya: William James (1842-1910) & James Mc Keen Cattel (1866-1944). Aliran ini lebih mengutamakan fungsi-fungsi jiwa dari pada mempelajari strukturnya. Ditemukannya teknik evaluasi psikologi (kini psikotest) oleh Cattel adalah bukti betapa pragmatisnya orang-orang Amerika.
Meskipun telah menekankan pragmatisme, namun genre Fungsionalisme masih dipercaya terlalu tak berbentuk bagi segolongan sarjana Amerika. Mereka menghendaki agar Psikologi hanya mengusut hal-hal yang sahih-sahih objektif saja. Mereka hanya mau mengakui tingkah laris yg nyata (bisa dicermati & diukur) sebagai objek Psikologi (Behaviorisme). Pelopornya adalah John Broades Watson (1878-1958) yg lalu dikembangkan sang Edward Chase Tolman (1886-1959) & B.F. Skinner (1904).
Selain di Amerika, di Jerman sendiri ajaran Wundt mulai mendapat kritik dan koreksi-koreksi. Salah satunya berdasarkan Oswald Kulpe (1862-1915), keliru seorang muridnya yang kurang puas menggunakan ajaran Wundt dan lalu mendirikan alirannya sendiri pada Wurzburg. Aliran Wurzburg menolak anggapan Wundt bahwa berpikir itu selalu berupa image (bayangan pada alam pikiran). Kulpe beropini, dalam tingkat berpikir yg lebih tinggi apa yg dipikirkan itu tidak lagi berupa image, akan tetapi ada pikiran yang tak terbayangkan (imageless thought).
Di Eropa ada pula reaksi terhadap Wundt menurut aliran Gestalt. Aliran Gestalt menolak ajaran elementisme Wundt dan berpendapat bahwa gejala kejiwaan (khususnya persepsi, yang poly diteliti genre ini) haruslah dipandang sebagai suatu keseluruhan yg utuh (suatu gestalt) yang tidak terpecah pada bagian-bagian. Diantara tokohnya adalah Max Wertheimer (1880-1943), Kurt Koffka (1886-1941), Wolfgang Kohler (1887-1967) .Di Leipzig, dalam tahun 1924 Krueger memperkenalkan kata Ganzheit (asal menurut istilah da Ganze yg berarti keseluruhan). Meskipun istilah Ganzheit masih dianggap sama menggunakan kata Gestalt & aliran ini tak jarang nir dipercaya menjadi aliran tersendiri, namun menurut tokohnya, Krueger, Ganzheit tidak sama menggunakan Gestalt & merupakan perkembangan menurut psikologi Gestalt. Ia beropini bahwa psikologi Gestalt terlalu menitikberatkan kepada masalah persepsi objek, padahal yang terpenting merupakan penghayatan secara menyeluruh terhadap ruang & ketika, bukan persepsi saja atau totalitas objek-objek saja.
Perkembangan lebih lanjut dari psikologi Gestalt adalah keluarnya ?Teori Medan (Field Theory)? Dari Kurt Lewin (1890-1947). Mulanya Lewin tertarik pada faham Gestalt, tetapi lalu ia mengeritiknya karena dipercaya tidak adekuat. Tetapi demikian, berkat Lerwin, sebagai perkembangan lebih lanjut pada Amerika Serikat lahir aliran ?Psikologi Kognitif? Yg merupakan gugusan antara aliran Behaviorisme yang tahun 1940-an sudah ada pada Amerika dengan aliran Gestalt yg dibawa oleh Lewin. Aliran psikologi Kognitif sangat menitikberatkan proses-proses sentral (seperti sikap, ide, & asa) pada mewujudkan tingkah laku . Secara spesifik, hal-hal yang terjadi dalam alam pencerahan (kognisi) dipelajari sang genre ini sebagai akibatnya besar pengaruhnya terutama dalam mempelajari interaksi antar insan (Psikologi Sosial). Diantara tokohnya merupakan F. Heider dan L. Fertinger.
Akhirnya, lahirnya aliran Psikoanalisa yg akbar pengaruhnya pada perkembangan psikologi hingga kini , perlu mendapat perhatian khusus. Meskipun peranan beberapa dokter ahli jiwa (psikiater), seperti Jean Martin Charcot (1825-1893) dan Pierre Janet 1859-1947) tidak kurang pentingnya pada menumbuhkan aliran ini, namun Sigmund Freud-lah (1856-1939) yg dianggap menjadi tokoh primer yg melahirkan Psikoanalisa. Karena Psikoanalisa nir hanya berusaha menyebutkan segala sesuatu yang tampak berdasarkan luar saja, namun secara khusus berusaha menerangkan apa yg terjadi pada pada atau di bawah pencerahan manusia, maka Psikoanalisa dikenal juga sebagai ?Psikologi Dalam (Depth Pshology)?.
Di Indonesia perkembangan psikologi dimulai pada tahun 1953 yg dipelopori sang Slamet Iman Santoso dengan mendirikan forum pendidikan psikologi pertama yang mandiri dan pada tahun 1960 forum tadi sejajar dengan fakultas-fakultas lain di Universitas Indonesia dan lalu dikembangkan pada UNPAD & UGM. Hingga sekarang, pada semua Indonesia sudah berdiri puluhan Fakultas psikologi diberbagai universitas yg beredar baik negeri maupun partikelir. Satu keunikan berdasarkan Fakultas psikologi yang berkembang pada Indoensia adalah tidak adanya jurusan misalnya Fakultas-fakultas lain (bila psikologi berdiri sendiri sebagai Fakultas).
Walaupun mempunyai sejarah yang jauh lebih pendek daripada eksistensi psikologi pada negara-negara barat, tetapi kebutuhan akan adanya psikologi di indonesia sama besar dengan negara-negara barat lainnya. Sebagai negara berkembang, psikologi di indonesia pada butuhkan pada bidang kesehatan, usaha, pendidikan, politik, konflik sosial dan lain-lain.
Seperti psikologi di barat yg mempunyai sejarah yang rumit, begitu pula psikologi pada indonesia. Tetapi psikologi di barat nir selalu bisa pada terapkan di indonesia, bahkan psikologi yg terdapat pada indonesia belum tentu bisa berlaku pada etnik lainnya, contohnya baku IQ menurut Wescsler-Bellevue yang berlaku di negara-nagara barat nir berlaku generik pada indonesia. Lebih lanjut lagi, standar yg berlaku bagi golongan etnik atau kelas sosial eksklusif pada indonesia belum tentu berlaku bagi golongan atau etnik lainnya.
Selain berbagai masalah di atas, indonesia jua menghadapi yang di hadapi sang psikologi pada barat. Asal-usul yg sangat luas, definisi yg bervariasi, teori dan metodologi yg saling bertentangan dan pelaksanaan yg sangat luas & majemuk adalah kasus-masalah yg jua di hadapi oleh para psikologi di indonesia, guru besar , staf pengajar, & praktisi yang tidak sinkron menggunakan pendekan, teori, dan metodologi yang tidak selaras juga pada melihat dalam suatu perkara yg sama. Hal ini menyebabkan kebingungan dalam warga awam di mana warga di indonesia belum bisa mendapat psikologi sebagai suatu yg ?Umum?, yang dapat melihat suatu menurut barbagai sudut pandang seperti halnya di negara-nagara barat, warga di nindonesia masih cenderung mengharapkan psikologi sebagai suatu ilmu yang pasti yang dapat menaruh jawaban dan penyeleseian yang niscaya bagi penyeleseian perkara misalnya contohnya, ilmu kedokteran.
Belakangan ini kemajuan psikologi semakin pesat, ini terbukti dengan bermunculannya tokoh-tokoh baru, misalnya BF Skinner (pendekatan behavioristik), Maslow (teori aktualisasi diri) Roger Wolcott (teori belahan otak), Albert Bandura (social learning teory), Daniel Goleman (kecerdasan emosi), Howard Gadner (multiple intelligences) dan sebagainya. Dan perkembangan psikologi sekarang menuju psikologi yang kontemporer sesuai dengan perkembangan zaman, muncul teori-teori baru dan aliran-aliran baru seperti Psikologi Lintas Budaya (cross cultur psychology), Indegeneous Psychology (Psikologi Indgeneus), dan Psikologi Positif (Positive Psychology).
Psikologi Umum(psikologi yang memepelajari aktivitas atau aktivitas psikis manusia dalam umumnya yg normal dan mudun).
Psikologi spesifik(psikologi yang memeriksa segi-segi kekhususan aktivatas psikis manusia) macam-macamnya:
Psikologi Perkembangan Yaitu psikologi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua, yang mencakup:
Psikologi anak (mencakup masa bayi)
Psikologi puber dan adolesensi (psikologi pemuda)
Psikologi orang dewasa
Psikologi orang tua
Psikologi sosial. Yaitu psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau aktifitas-aktifitas manusia hubungannya dengan situasi sosial.
Psikologi pendidikan. Yaitu psikologi yang menguraikan kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan . Misalnya, bagaimana dalam menarik perhatian agar dapat dengan mudah diterima.
Psikologi kepribadian dan tifologi. Yaitu psikologi yang khusus menguraikan tentang struktur pribadi manusia, mengenai tipe-tipe kepribadian manusia.
Psikopatologi. Yaitu psikologi yang khusus menguraikan mengenai keadaan psikis yang tidak normal (abnormal).
Psikologi kriminal. Yaitu psikologi yang khusus berhubungan dengan soal kejahatan atau kriminalitas.
Psikologi perusahaan. Yaitu psikologi yang khusus berhubungan dengan soal-soal perusahaan.
Walaupun semenjak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu yang memeriksa insan dalam kurun ketika bersamaan menggunakan adanya pemikiran tentang ilmu yang menilik alam, akan namun karena kekompleksan & kedinamisan manusia untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta menjadi ilmu sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama didunia.
Hampir semua ilmu pengetahuan mempunyai penekanan primer pada pengembangan penelitian, baik itu menjadi penelitian dasar juga sebagai suatu penelitian terapan. Suatu penelitian dipercaya menjadi suatu penelitian dasar berarti penelitian itu yang berkaitan menggunakan bisnis-bisnis pada mencari ilmu pengetahuan baru semata, tanpa memerhatikan apakah output penelitian itu mempunyai kegunaan secara eksklusif atau praktis.
Agar psikologi bisa dikatakan menjadi ilmu pengetahuan, maka psikologi wajib mengikuti tahap-termin persyaratan sebagai ilmu pengetahuan. Berikut adalah pemenuhan syarat-kondisi psikologi menjadi ilmu pengetahuan:
Psikologi bersifat empiris, artinya timbul dan berkembangnya ilmu psikologi tidak boleh berdasarkan intuisi, pendapat, atau keyakinan-keyakinan semata. Data empiris, artinya ilmu psikologi itu timbul dan berkembang berdasarkan data pengalaman atau pengamatan yang dilakukan melalui kegiatan eksperimen ataupun observasi yang berulang-ulang. Tanpa adanya pengembangan penelitian, ilmu psikologi akan menjadi statis dan tidak berkembang. Oleh sebab itu, dengan penelitian, maka ilmu psikologi memperoleh fakta-fakta yang berharga dan berkesinambungan guna menambah fakta-fakta yang baru.
Psikologi harus sistematis, artinya, observasi dan eksperimen dalam penelitian merupakan alat untuk memperoleh data-data valid. Yang terpenting dalam kegiatan observasi/penelitian bisa dimengerti dan bisa dikonstruksikan menjadi sekumpulan prinsip. Kemudian prinsip diklasifikasikan menjadi dalil-dalil yang jelas, tepat, menyatakan susunan dan hubungan antara satu gejala dengan gejala lainnya. Sistematis, artinya ilmu psikologi tersusun menurut standar-standar penelitian mulai dari tahap observasi, eksperimen, analisis, pengukuran, pengujian, dan kesimpulan.
Psikologi harus mampu melakukan pengukuran. Suatu penelitian akan berharga tinggi apabila memiliki alat pengukuran dan mengembangkan alat-alat pengukuran berikutnya terhadap pengungkapan suatu penelitian. Psikologi juga harus memiliki alat pengukuran yang valid, realibel, dan signifikan sehingga data-datanya dapat dikontrol dan dibuktikan secara objektif. Seperti tes NSQ atau MMPI sebagai alat ukur kecemasan.
Psikologi harus memiliki fakta ilmiah. Artinya, ilmu psikologi bisa tumbuh dan berkembang berdasarkan fakta aktual dan dapat dibuktikan. Fakta-fakta yang terkumpulkan harus mendukung dalam semua aspek penelitian, terukur mampu menguji hipotesis, dan akhirnya memberikan dukungan suatu teori atau membuat teori baru.
Psikologi harus memiliki definisi umum. Artinya, ilmu psikologi harus memiliki definisi yang jelas, luas, singkat, dan sesuai menurut istilah-istilah yang digunakan, seperti definisi kecerdasan, bakat, persepsi, perhatian, belajar, ingatan, motivasi, emosi, sikap, dan kepribadian. Definisinya harus disesuaikan berdasarkan hasil penelitian dari istilah tersebut.
Psikologi mempunyai tiga fungsi menjadi ilmu yaitu:
Menjelaskan. Yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
Memprediksikan. Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.
Pengendalian. Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya prevensi atau pencegahan, intervesi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.
Psikologi adalah ilmu yang luas & ambisius, dilengkapi oleh biologi dan ilmu saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi sang sosiologi & anthropologi pada perbatasannya menggunakan ilmu sosial. Beberapa kajian ilmu psikologi antara lain merupakan:
Adalah bidang studi psikologi yang memeriksa perkembangan insan & faktor-faktor yg membangun prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia. Psikologi perkembangan berkaitan erat menggunakan psikologi sosial, karena sebagian besar perkembangan terjadi pada konteks adanya interaksi sosial. Dan juga berkaitan erat menggunakan psikologi kepribadian, lantaran perkembangan individu dapat menciptakan kepribadian spesial berdasarkan individu tadi.
Bidang ini mempunyai tiga ruang lingkup, yaitu:
studi tentang efek sosial terhadap proses individu, misalnya : studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat)
studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan lain-lain
studi mengenai interaksi kelompok, misalnya : kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama pada grup, persaingan, pertarungan
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku insan pada mengikuti keadaan menggunakan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan erat menggunakan psikologi perkembangan & psikologi sosial, karena kepribadian merupakan output berdasarkan perkembangan individu sejak masih mini dan bagaimana cara individu itu sendiri pada berinteraksi sosial menggunakan lingkungannya.
Adalah bidang studi psikologi yang menilik kemampuan kognisi, seperti: Persepsi, proses belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi.
Tingkah laku dapat dijelaskan menggunakan cara yg bhineka, pada psikologi sedikitnya ada 5 cara pendekatan, yaitu:
Tingkah laku insan dalam dasarnya dikendalikan sang kegiatan otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yg terlihat menggunakan impuls listrik & kimia yg terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari konduite dan proses mental.
Menurut pendekatan perilaku, dalam dasarnya tingkah laris merupakan respon atas stimulus yg datang. Secara sederhana bisa digambarkan pada model S - R atau suatu kaitan Stimulus - Respon. Ini berarti tingkah laris itu misalnya reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori sang J.B. Watson lalu dikembangkan oleh poly ahli, misalnya B.F.Skinner, dan melahirkan banyak sub-genre.
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku merupakan proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus kemudian melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai sang alam bawah sadar. Sehingga tingkah laris poly didasari oleh hal-hal yg nir disadari, misalnya harapan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-ketika akan menuntut buat dipuaskan.
Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu karenanya tingkah laku sangat ditentukan oleh pandangan individu terhadap diri & dunianya, konsep mengenai dirinya, harga dirinya & segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seorang selalu dikaitkan menggunakan fenomena tentang dirinya.
Dari sejarahnya yang berawal menurut filsafat & ilmu faal, jelaslah bahwa psikologi berhubungan dengan ilmu-ilmu lainnya. Dari definisi psikologi misalnya yg sudah disebutkan di atas pun, dapatlah kita pahami bahwa psikologi sangat bermanfaat & bisa banyak membantu ilmu-ilmu lainnya, terutama yang secara tidak eksklusif menyangkut kehidupan insan. Berikut adalah ilmu-ilmu lain yang herbi psikologi:
Psikologi dengan sosiologi memiliki hubungan satu sama lain yaitu sama-sama mempelajari manusia beserta tingkah lakunya. Gejala seperti urbanisasi atau konflik antarkelompok memerlukan penjelasan psikologi, sehingga timbul cabang psikologi yang khusus mempelajari masalah-masalah sosial yang disebut psikologi sosial.
Naik turunnya harga atau kurs valuta asing atau berhasil/tidaknya suatu upaya marketing tidak hanya tergantung pada hukum supply and demand dalam ilmu ekonomi, tetapi juga dalam proses pembuatan keputusan yang dilakukan oleh manusia-manusia yang terlibat dalam proses ekonomi (baik penjual, pembeli, produsen, distributor, bank, pasar modal, pemerintah, dan lain-lain).
Baik biologi juga psikologi sama-sama membicarakan manusia, pada segi-segi tertentu kedua ilmu ini terdapat titik pertemuan . Contohnya soal keturunan, sifat,intelegensi, bakat, dll.
Ilmu yg mengusut bagaimana mancapai kebenaran & keadilan ini kentara terkait erat dengan psikologi, lantaran kebenaran dan keadilan itu sendiri sangat subjektif & karenanya bersifat psikologis.
Metode ilmu pengetahuan alam mensugesti perkembangan meted dalam psikologi, karenanya para pakar beranggapan kalau psikologi ingin menerima kemajuan haruslah mengikuti cara kerja yg pada tempuh sang ilmu pengetahuan alam.
Gus Dur dan Megawati pernah dianggap kurang memenuhi kondisi buat menjadi presiden, justru mampu menduduki jabatan itu, hanya lantaran secara psikologis mereka punya kharisma terhadap massa mereka masing-masing. Timbulnya cabang psikologi politik adalah buat menjawab kasus-perkara seperti ini.
Manusia merupakan obyek dari filsafat yg diantaranya membicarakan soal hakikat kodrat manusia, tujuan hidup dll. Psikologi masih tetap memiliki interaksi dengan filsafat terutama menenai hal-hal yg menyangkut sifat hakikat dan tujuan dari ilmu pengetahuan itu.
Psikologi membantu para dokter buat mengadakan pendekatan yang sebaik-baiknya terhadap para pasien, menemukan penyebab-penyebab non-medis berdasarkan tanda-tanda penyakit yg tidak ditemukan faktor penyebab medisnya, membantu pasien dalam mengatasi penyakit, dll. Namun, psikolog juga perlu bantuan dokter buat gejala-tanda-tanda tertentu seperti autisma, ADHD, atau skizofrenia.
Kedua ilmu ini hampir tidak bisa pada sisihkan satu sama lain lantaran mempunyai interaksi timbal pulang, paedagogiek menaruh bimbingan hayati sedang psikologi menampakan perkembangan hidup manusia. Paedagogiek baru akan tepat target, jika dapat memahami langkah-langkah/ petunjuk psikologi.
Psikologi & agama sangat erat hubungannya, mengingat kepercayaan diajarkan pada manusia menggunakan dasar-dasar yg diadaptasi dengan syarat dan situasi psikologis jua. Tanpa dasar tersebut kepercayaan sulit menerima loka di dalam jiwa insan.
Selain itu, psikologi pun poly sekali membantu berbagai profesi seperti:
Pengajar dalam mendidik anak didik-muridnya
Manajer perusahaan pada mengatur pegawai-pegawainya
Tentara dalam menyusun perang ?Urat saraf? (Psywar)
Polisi dalam menginterogasi tahanan atau mengatasi huru-hara & sebagainya.
Wilayah terapan psikologi adalah wilayah-wilayah dimana kajian psikologi bisa diterapkan. Andaipun demikian, belum terbiasanya orang-orang Indonesia dengan spesialisasi menciptakan daerah terapan ini tidak wajar, contohnya, seseorang pakar psikologi pendidikan mungkin saja bekerja pada HRD sebuah perusahaan, atau sebaliknya.
Psikologi pendidikan adalah perkembangan menurut psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga hampir sebagian besar teori-teori pada psikologi perkembangan dan psikologi sosial dipakai di psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan mengusut bagaimana insan belajar pada setting pendidikan, keefektifan sebuah pedagogi, cara mengajar, & pengelolaan organisasi sekolah.
Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam membuatkan kemampuan akademik, sosialisasi, & emosi.
Psikologi industri memfokuskan pada menggembangan, mengevaluasi dan memprediksi kinerja suatu pekerjaan yg dikerjakan sang individu, sedangkan psikologi organisasi menyelidiki bagaimana suatu organisasi memengaruhi dan berinteraksi dengan anggota-anggotanya.
Penerapan psikologi yg berkaitan dengan hubungan antara manusia dan mesin buat meminimalisasikan kesalahan insan waktu herbi mesin (human error).
Adalah bidang studi psikologi dan juga penerapan psikologi pada tahu, mencegah dan memulihkan keadaan psikologis individu ke ambang normal.
Parapsikologi adalah cabang psikologi yang meliputi studi mengenai extra sensory perception, psikokinesis, & sebagainya. Bagi para pendukungnya, parapsikologi dicermati sebagai bagian menurut psikologi positif dan psikologi transpersonal. Penelitian parapsikologi pada umumnya dilakukan pada laboratorium sehingga parapsikolog menduga penelitian tersebut ilmiah. Kritisisme terhadap parapsikologi dan dukungan terhadap parapsikologi berdasarkan American Association for the Advancement of Science terhadap affiliasinya yaitu Parapsychological Association.
Tujuan ilmu pengetahuan adalah memberikan liputan yg dapat diperiksa kebenarannya. Data-data penelitian ini bisa diukur balik dalam kondisi yg sama dapat memberikan hasil nisbi sama. Sebagai ilmu pengetahuan, maka ilmu psikologi wajib memiliki beberapa metode penelitian guna mencari dan pertanda data. Berikut adalah beberapa metode psikologi:
Metode eksperimen laboratoris. Merupakan metode psikologi yang menggunakan eksperimen (percobaan).
Metode observasi. Metode observasi (percobaan) sering digunakan untuk penelitian alamiah. Metode observasi dapat dilakukan dalam laboratorium tetapi tetap menjaga supaya subjek merasa senang di ruang laboratorium.
Metode survei. Metode survei adalah metode penelitian yang menggunakan beberapa variabel sebagai alat kajiannya. Variabelnya hampir sama dengan variabel eksperimen laboratoris.
Metode tes. Metode tes merupakan instrumen penelitian yang penting dalam psikologi kontemporer. Metode tes digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang atau sekelompok orang.
Metode riwayat kasus. Kajian riwayat kasus (riwayat hidup) merupakan sumber data penting untuk memahami seseorang atau masyarakat. Riwayat kasus dipersiapkan melalui reka ulang kasus menurut kronologis peristiwa, catatan-catatan, atau rekaman-rekaman yang diingat.
Sumber: |
1. Sarwono. Sarlito W. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada |
2. Boeree. George. 2005. Sejarah Psikologi. Jogjakarta: Prismasophie |
3. Zan Peter. Herri. 2010. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta: Kencana |
4. F. Patty, dkk. 1982. Pengantar Psikologi Umum. Surabaya: Usaha Nasional |
5. Asal Mula Psikologi (konsultasipsiko.blogspot.com) |
6. Pengertian Psikologi Menurut Beberapa Ahli (belajarpsikologi.com) |
7. Psikologi (Defenisi dan sejarah Psikologi) (psychologymania.wordpress.com) |
8. Psychology (en.wikipedia.org) |
9. Psikologi (id.wikipedia.org) |
10. Kajian Psikologi (konsultasipsiko.blogspot.com) |
11. Pendekatan Psikologi (konsultasipsiko.blogspot.com) |
12. Pengertian Psikologi (ilmu-psikologi.blogspot.com) |
13. PENGERTIAN PSIKOLOGI (blog.uin-malang.ac.id) |
14. sejarah perkembangan psikologi (sandri09a.blogspot.com) |
15. Wilayah Terapan Psikologi (konsultasipsiko.blogspot.com) |
Semoga bermanfaat Materi Pelajaran