Kamis, 09 September 2021

Mau Harta Tidak Mau Nyawa

Uang adalah benda pada luar tubuh, bagaimana bisa lebih penting daripada nyawa? Apalagi nyawa sudah melayang, apa yang dapat digunakan buat menikmati uang itu? Memandang uang pada atas segala-galanya, oh! Benar-sahih sangat bahaya sekali. Yang ringan mendatangkan musibah, sedangkan yg berat akan menjadi budak uang, dan akhirnya mangkat lantaran harta. Berikut merupakan cerita pendek yang dikarang oleh Dayu Sinta Pramesti (Facebooknya, Twitternya). Cerita ini sarat makna. Jadi, pahami dan hayati ceritanya yaa.. Open-mouthed smile

Shuizhou tempat ini kali & sungainya poly, karenanya semua orang pintar berenang. Bocah-bocah yg berusia lima-6 tahun sanggup bermain-main & menangkap ikan pada sungai ini, dan lebih hebat lagi kecakapan berenang orang dewasa.

Suatu hari, beberapa orang menurut Shuizhou bersama seperahu melintasi sungai. Sepanjang perjalanan semua orang berbicara dengan gembira dan jenaka. Satu di antaranya mengatakan bahwa dirinya sudah beberapa tahun pulang berdagang, dan kini pulang melihat-lihat keluaraga. Ia membawa sebuah buntalan di sisinya, & selalu berada di sisinya setiap waktu. Perahu tiba di pusat sungai, dan hal yg merepotkan terjadi. Lantaran sebelumnya turun hujan badai selama beberapa hari berturut-turut, sehingga air pasang melonjak hebat, & waktu ini angin pulang betiup pada bagian atas sungai, sehingga membangkitkan gelombang raksasa. Dan tiba-tiba, sebuah gelombang menerjang ke perahu, sehingga memboboli sebuah lubang akbar di ujung perahu, dengan gencar air sungai menggenangi bahtera, & bahtera mini akan segera tenggelam. Melihat syarat yang jelek, orang-orang yg berada pada atas perahu berturut-turut terjun ke sungai, berenang menyelamatkan diri, & dengan sekuat energi berenang ke tepian.

Dan orang yang sebelumnya selalu membawa buntalan itu napasnya terengal-sengal, kedua tangan turun naik berusaha berenang, namun meskipun lelahnya bukan main, berenangnya tetap saja sangat lamban. Teman seperahunya merasa sangat aneh, lantas bertanya kepadanya: ?Hei, selama ini engkau sangat mahir berenang, kenapa kali ini malah ketinggalan pada belakang?? Dengan napas tersengal-sengal orang itu menjawab: ?Sebelum terjun ke sungai, aku membelitkan buntalan berisi seribu kepingan akbar uang, lantaran itulah ketika berenang sangat melelahkan.?

Dan nir beberapa lama kemudian, orang itu semakin tidak mampu beranjak (berenang) lagi, melihat pertanda-tanda bahaya akan segera tenggelam, teman seperahunya mejadu cemas padanya, & mengingatkan: ?Lepakanlah uang itu dan buang saja!? Saking lelahnya orang itu nir sanggup mengungkapkan, hanya berusaha sekuat tenaga menggeleng-gelengkan kepalanya. Dan terakhir benar-sahih nir bisa berenang lagi, melihat akan segera karam melihatnya demikian orang-orang lain menjadi sangat cemas, lalu berteriak kencang kepadanya: ?Kenapa engkau begitu tolol, nyawa telah hampir tidak tertolong lagi, apa gunanya lagi uang itu? Sekarang buang uang itu masih belum terlambat, cepat buang uang itu, cepatlah, buang uang itu!? Orang itu permanen saja menggunakan sekuat energi menggeleng-gelengkan kepalanya, tetap tidak rela membuang uangnya. Dan terakhir, akhirnya beliau benar-sahih kelelahan, dan ia tenggelam ke dasar sungai bersama-sama dengan uangnya.

Makna yang terkandung dalam kisah cerita di atas adalah:

Pepatah menyampaikan ?Insan mangkat lantaran harta.?

Kuliner Khas Kutai Timur

Sambal raja terbuat dari cabai, bawang merah, terasi, tomat yang digoreng hingga lembek dan mudah dihaluskan. Disertai dengan tempe, udang, ...