Banyak menurut kita yang pernah memenangkan suatu perlombaan dan waktu itu, kita merasa sangat percaya diri mengatakan bahwa kitalah yg terbaik. Padahal belum tentu. Kita memang pernah sebagai yang terbaik, akan tetapi apakah kita akan selalu menjadi yang terbaik? Dunia ini terus berkembang & roda selalu berputar. Apakah kita akan selamanya berada pada atas? Nah, kali ini aku akan bercerita sedikit yang menyangkut judul artikel pada atas. Langsung saja kita simak selengkapnya?..
Ada seseorang murid yg sangat malas, ia bernama Andi. Di sekolah ia seringkali bertengkar dengan temannya, sehingga beliau dijauhi sahabat-temannya. Setiap masuk sekolah ia selalu terlambat. Dan beliau tak jarang dimarahi oleh Bu Guru. Dulu dia sangat pandai sampai mendapatkan juara kelas. Nilai rapotnya yang rupawan itu dipamerkan kepada sahabat-temannya. Ia sangat senang . Kesenangannya itu telah melewati batas. Ia merasa dirinya itu murid yang terpintar pada kelasnya. Karena itu dia sebagai malas belajar. Ia hanya terus bermain dengan temannya.
Ia lupa menggunakan kewajibannya sehari-hari. Biasanya dia belajar tepat saat dan selalu membantu orang tuanya. Waktu ibunya menyuruh ia belajar, ia membantah. ?Nanti saja?, pungkasnya menggunakan keras.
Ia terpengaruh oleh temannya sebagai akibatnya seringkali bermain hingga tengah malam. Ia hingga lupa menggunakan pelajarannya esok pada sekolah. Ia bangun kesiangan. Ia cepat-cepat datang kesekolah. Di tengah jalan beliau bertemu dengan Bu Guru, tapi tidak memberi salam, hingga pada sekolah Bu Guru menegurnya.
Pelajaran pertama telah mulai. Andi tidak mencatat pelajaran yang diberikan sang Pak Pengajar, karena ia mengantuk akibat main sampai larut malam. Ketika ada ulangan harian yg soalnya dimuntahkan menurut catatan tersebut, Andi kebingungan. Akhirnya ia bertanya pada temannya, namun temannya itu nir memberitahu. Semua temannya telah terselesaikan mengerjakan ulangan. Hanya Andi yg belum terselesaikan. Pak Gurupun menyuruh Andi mengumpulkan pekerjaannya, karena waktunya sudah habis.
Ketika Pak Pengajar mengumumkan hasil ulangan, ternyata Andi mendapat nilai nol. Pak Guru pun memarahi Andi.
?Kamu kan juara kelas! Mengapa nilai ulanganmu hancur?? Tanya Pak Guru.
?Pasti engkau nir pernah belajar, mestinya kamu pertahankan prestasimu?, istilah Pak Guru menasehati.
Andi hanya menunduk & mukanya kelihatan merah.
Nasehat Pak Guru dan Bu Guru tidak pernah digubris oleh Andi. Malah kelakuannya sebagai-jadi. Kebiasaan main & nonton TV hingga larut malam terus saja dilakukan. Ulangan generik pun datang. Andi pun seperti biasa nir belajar, lantaran menduga dirinya itu siswa yg terpintar pada kelasnya. Tetapi semua temannya sibuk belajar. Keesokan harinya ulangan generik dimulai. Andi kelihatan gelisah, karena dia tidak belajar. Belum satupun dia bisa mengerjakan soal ulangan itu. Ia mau menyontek pada temannya, namun temannya nir memberi karena beliau harus bekerja sendiri & takut kalau diketahui sang pengawas.
Ketika kenaikan kelas seluruh teman-teman Andi gembira., namun hanya Andi yang kelihatan sedih. Andi nir naik ke kelas VI. Andi sangat menyesal. Tetapi penyesalan itu tidak berguna. Andi harus mengulang lagi. Ketika Andi sadar akan kesalahan dirinya namun segalanya telah terlambat.
Andi berjanji akan belajar dengan rajin. Ia tidak akan bermain & nonton TV sampai larut. Ia akan patuh terhadap nasehat orang tua juga guru-guru di sekolah. Akhirnya perilaku Adi berubah sebagai Andi yang rajin, sopan, pandai , dan disenangi oleh teman Artikel Motivasi
Tetap Semangat! | Artikel Motivasi