Senin, 23 Agustus 2021

Kehidupan Awal Masyarakat Indonesia (Materi Ringkasan)

Kehidupan masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan masih sangat sederhana. Masa ini desebut sebagai masa food gathering (mencari dan mengumpulkan makanan) dengan sistem hidup berpindah-pindah (nomaden).

Manusia purba telah menghasilkan kebudayaan secara sederhana menggunakan membangun indera-alat untuk menangkap hewan buruan, menguliti hewan buruan, mengorek ubi-ubian, mengail ikan menurut bahan-bahan seperti batu, kayu, tulang, tanduk hewan, & sebagainya.

Kemudian manusia prasejarah berkembang dengan mulai mengenal tempat tinggal sementara (semi sedenter), misalnya di tepi pantai atau di gua-gua.

Sisa-sisa peninggalan hidup tempat tinggal sementara dari zaman Mesolitikum ini antara lain kyokkemoddinger (sampah dapur) dan abris sous roche (gua sebagai tempat tinggal).

Alat-alat kehidupan merekapun makin berkembang, seperti chopper (kapak perimbas/pebble/kapak Sumatra), chopping tool (kapak penetak), anak panah, flake, alat-alat dari tulang dan tanduk rusa dan sebagainya.

Kehidupan manusia purba dalam masa menetap dan bercocok tanam berlangsung pada zaman Neolitikum.

Hasil budaya masa menetap & bercocok tanam berupa alat-alat kehidupan sehari-hari yang telah dibuat & diasah menggunakan halus, misalnya:

Kapak persegi buat memotong daging binatang output buruannya, menebang pohon, dan membuat perahu.

Beliung persegi atau cangkul berfungsi untuk mengerjakan ladang atau sawah.

Tarah atau pahat buat mengukir/memahat kayu.

Anak panah buat memanah hewan buruan.

Perhiasan terbuat menurut batu, tembikar, & kulit kerang.

Pakaian yg terbuat berdasarkan kulit kayu atau kerang.

Karakteristik kehidupan pada masa bercocok tanam:

Mereka telah hidup menetap.

Mereka telah bisa menyimpan output panennya untuk saat yang relatif lama .

Telah menghasilkan ternak.

Pada masa ini telah terjadi revolusi kehidupan manusia, yakni perubahan dari pola hidup berpindah-pindah dan tergantung pada penyediaan alam (food gathering) ke kehidupan menetap, bertani, beternak, dan berproduksi (food producing).

Dr. Brandes mengemukakan bahwa sebelum kedatangan imbas Hindu ? Buddha, telah masih ada sepuluh unsur utama dalam kehidupan asli rakyat Indonesia, diantaranya:

Kemampuan berlayar

Mengenal astronomi

Kepandaian bersawah

Mengatur masyarakat

Kesenian wayang

Seni gamelan

Seni batik

Aktivitas perdagangan

Sistem macapat

Membuat kerajinan

Ciri-karakteristik dan perkembangan kehidupan warga pada masa berburu & masa bercocok tanam merupakan:

a. Masa berburu & berpindah-pindah

Hidup berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain (nomaden) dan bertempat tinggal di tepi sungai, danau, pantai, di dalam goa-goa atau ceruk-ceruk batu, di tempat yang dekat dengan sumber makanan agar dapat bertahan hidup.

Hidup pada gerombolan -grup mini (bergerombol) agar bisa menghadapi segala macam tantangan atau ancaman.

Belum mengenal bercocok tanam.

Tergantung pada alam sehingga mereka mencari makan dengan cara food gathering (mengumpulkan makanan) seperti buah-buahan, umbi-umbian, dan berburu.

Alat-indera kebutuhan mereka dibuat menurut batu yg belum dihaluskan (masih sangat kasar).

B. Masa bercocok tanam dan menetap

Sudah mulai tinggal secara menetap.

Sudah mengenal bercocok tanam secara baik.

Sudah mampu mengolah bahan makanan sendiri sesuai dengan kebutuhan mereka (food producing/menghasilkan makanan).

Di samping berburu dan menangkap ikan pula telah memelihara binatang-hewan jinak seperti anjing, babi, & kerbau buat keperluan konsumsi dan sebagai korban.

Alat-indera yg dibuat menurut batu lebih halus & macamnya lebih poly, seperti kapak, tombak, panah, perhiasan menurut gelang-gelang, dan biji-biji kalung berdasarkan batu.

Peradaban mereka sudah lebih maju & membuat alat-alat tempat tinggal tangga yang lebih baik dan telah mengenal seni.

Perkembangan teknologi di Indonesia dimulai pada masa perundagian, diawali dengan kepandaian menuang logam.

Untuk melebur logam & membuahkan suatu indera dibutuhkan cara-cara spesifik yang belum dikenal sebelumnya. Logam wajib dipanaskan hingga mencapai titik leburnya, lalu dicetak sebagai perkakas yg dibutuhkan.

Sementara zaman logam berkembang pada Indonesia, kebudayaan batu tidaklah punah bahkan keduanya berkembang & tetap dipergunakan.

Dalam perkembangannya kehidupan masyarakat sudah teratur dan telah mengenal bentuk-bentuk pertama sistem pemerintahan kerajaan.

Manusia purba sudah sanggup membuat bangunan-bangunan yang dibuat menurut batu-batu besar dan digunakan dalam hubungannya menggunakan kepercayaan zaman prasejarah atau dinamakan kebudayaan megalitikum, diantaranya:

Menhir. Adalah tugu menurut batu tunggal. Berfungsi menjadi indikasi perigatan suatu insiden atau sebagai loka pemujaan roh nenek moyang. Ditemukan di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, & Kalimantan.

Dolmen. Adalah sebuah meja batu. Berfungsi sebagai tempat meletakkan sesaji peti mayat. Ditemukan pada Jawa Timur terutama pada wilayah Bondowoso.

Sarkofagus atau keranda. Adalah sebuah peti batu besar yang berbentuk seperti palung/lesung dan diberi tutup. Berfungsi sebagai kuburan atau peti mayat. Ditemukan di Bali.

Kubur batu. Adalah kuburan dalam tanah sisi samping, alas, & tutupnya diberi semacam papan-papan berdasarkan batu. Berfungsi buat mengubur mayat. Ditemukan di wilayah Kuningan, Jawa Barat.

Punden Berundak. Adalah bangunan yang terbuat berdasarkan batu yang disusun bertingkat. Merupakan cikal bakal candi. Berfungsi menjadi loka pemujaan roh nenek moyang. Ditemukan pada Lebak Sibedug daerah Banten Selatan.

Arca. Adalah bangunan menurut batu yg berbentuk insan & terdapat yang berbentuk hewan. Berfungsi sebagai perwujudan menurut roh nenek moyang. Ditemukan pada Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, & Jawa Timur.

Masyarakat sudah mengenal teknik-teknik pengolahan logam (perunggu & besi), yaitu:

Teknik bivalve, yaitu cetakan yang terdiri dari dua bagian, kemudian diikat dan ke dalam rongga dalam cetakan itu dituangkan perunggu cair. Cetakan tersebut kemudian dilepas dan jadilah barang yang dicetak.

Teknik a cire perdue (membuat model benda dari lilin). Benda yang akan dicetak dibuat dari lilin atau sejenisnya, kemudian dibungkus dengan tanah liat yang diberi lubang. Setelah itu dibakar maka lilin akan meleleh. Rongga bekas lilin tersebut diisi dengan cairan perunggu. Sesudah dingin perunggu membeku dan tanah liat dibuang maka jadilah barang yang dicetak.

Zaman logam dibagi menjadi 3 zaman, yaitu:

Zaman tembaga

Zaman perunggu

Zaman besi

Kepercayaan warga Indonesia awal diantaranya Animisme (memuja arwah nenek moyang), Dinamisme (memuja benda-benda yg dipercaya memiliki kekuatan gaib), dan Totenisme (memuja binatang eksklusif & dianggapnya seketurunan).

Semoga berguna, Tetap Semangat!

Kuliner Khas Kutai Timur

Sambal raja terbuat dari cabai, bawang merah, terasi, tomat yang digoreng hingga lembek dan mudah dihaluskan. Disertai dengan tempe, udang, ...