Selasa, 05 Mei 2020

Bahan Organik, Humus, dan Jejaring Makanan dalam Tanah

Bahan Organik, Humus, dan Jejaring Makanan dalam Tanah - Pemahaman tentang peranan organisme tanah merupakan hal penting dalam pengelolaan tanah berkelanjutan. Berdasarkan pemahaman ini fokus pembahasan kita diarahkan pada strategi untuk membangun jumlah dan keragaman organisme tanah. Seperti halnya sapi dan hewan ternak lainnya, peternakan tanah memerlukan makanan yang tepat. Makanan itu berasal dari bahan organik.

Bahan Organik, Humus, dan Jejaring Makanan dalam Tanah

Posted by Agrikompleks

Bahan Organik, Humus, dan Jejaring Makanan dalam Tanah

Bahan organik dan humus merupakan istilah yang menggambarkan arti yang agak berbeda tetapi merupakan sesuatu yang berhubungan. Bahan organik menunjukkan fraksi tanah yang tersusun atas organisme hidup dan residu tanaman dalam berbagai tahap dekomposisi. Humus hanya merupakan  bagian kecil dari bahan organik.

Humus merupakan  produk akhir dekomposisi bahan organik dan bersifat relatif stabil. Dekomposisi  selanjutnya dari humus terjadi sangat lambat baik dalam kondisi alami maupun pada lahan pertanian. Di dalam sistem alami, keseimbangan dicapai antara jumlah pembentukan humus dan jumlah penguraian humus.

Keseimbangan  juga  terjadi  pada  kebanyakan lahan pertanian, tetapi seringkali pada level humus  tanah yang jauh lebih rendah. Humus memberikan kontribusi terhadap struktur tanah, yang pada  gilirannya menghasilkan tanaman kualitas tinggi. Hal ini jelas bahwa pengelolaan bahan organik dan humus merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan keberlanjutan seluruh ekosistem tanah.

Manfaat topsoil yang kaya pada kandungan bahan organik dan humus adalah poly sekali. Antara lain, kecepatan dekomposisi residu flora meningkat, granulasi tanah akan membangun agregat yg stabil, mengurangi terbentuknya kerak dan bongkahan keras, memperbaiki drainase internal, infiltrasi air sebagai lebih baik, dan kapasitas pegang air dan hara meningkat.

Perbaikan struktur tanah memudahkan pengolahan tanah, menaikkan kapasitas pegang air tanah, mengurangi erosi, pembentukan & pemanenan flora yang dikonsumsi di bagian akarnya menjadi lebih baik, dan sistem perakaran tanaman menjadi lebih pada dan subur.

Bahan organik tanah dapat diumpamakan menjadi bank hara tumbuhan. Tanah yang mengandung 4% bahan organik pada lapisan atasnya akan memiliki 80.000 kg bahan organik per hektarnya. 80.000 kg bahan organik akan mengandung kira-kira lima.25% N, jika dikonversi sebanyak 4.200 kg/ha.

Dengan asumsi 5% laju pelepasan terjadi  selama  musim  tanam,  bahan  organik  tersebut dapat menyuplai  210  kg  N untuk tanaman. Namun jika bahan organik  tersebut dimungkinkan mendegradasi dan melepaskan N, maka pupuk buatan akan diperlukan untuk menyangga hasil tanaman.

Seluruh organisme tanah yang telah disebutkan  di atas, kecuali Ganggang, bergantung pada bahan organik sebagai sumber makannya. Jadi, untuk mempertahankan populasinya, bahan organik harus diperbaharui dari tanaman yang tumbuh di atas tanah atau dari kotoran hewan ternak, kompos atau bahan lain yang diimpos dari luar daerah. Ketika hewan-hewan tanah memakannya, maka kesuburan tanah akan meningkat dan tanah akan memberikan makanan bagi tanaman.

Akhirnya, membangun bahan organik dan humus di dalam tanah merupakan suatu bahan mengelola  organisme hidup di dalam tanah, yang merupakan sesuatu yang berhubungan  erat  dengan  pengelolaan  kehidupan atau peternakan  hewan di dalam tanah.

Hal ini memerlukan pekerjaan buat mempertahankan syarat kelembaban, temperatur, status hara, pH, dan aerasi yang sesuai pada dalam tanah. Ini juga melibatkan anugerah sumber kuliner yg kontinu berdasarkan bahan organik segar. Bila kita simpulkan prinsip pengelolaan tanah berkelanjutan adalah :

  • Hewan tanah mendaur ulang hara dan memberikan banyak manfaat.
  • Bahan organik merupakan makanan hewan tanah.
  • Tanah  seharusnya  tertutup  untuk  melindunginya  dari erosi dan temperatur yang ekstrim.
  • Pengolahan tanah mempercepat proses dekomposisi bahan organik.
  • Nitrogen yang berlebihan mempercepat dekomposisi bahan organik, jumlah nitrogen yang tidak memadai memperlambat dekomposisi bahan organik dan tanaman mengalami kekurangan hara N.
  • Pembajakan tanah mempercepat dekomposisi bahan organik, merusak habitat alami cacing tanah, dan meningkatkan erosi.
  • Untuk membangun  bahan organik tanah, produksi atau penambahan  bahan organik harus melebihi dekomposisi bahan organik.
  • Tingkat kesuburan tanah  memerlukan kisaran N yang sesuai sebelum program pembangunan tanah dimulai.

Sumber :

Nurhidayati, Istirochah P, Anis S, Djuhari & Basit. (2008). Pertanian Organik (Suatu Kajian Sistem Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan). Program Studi Agroteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Islam Malang. Jawa Timur

Kuliner Khas Kutai Timur

Sambal raja terbuat dari cabai, bawang merah, terasi, tomat yang digoreng hingga lembek dan mudah dihaluskan. Disertai dengan tempe, udang, ...